Pada suatu hari, Dã Tràng melihat kedua ular belang itu berkelahi dengan seekor ular berbisa yang besar. Dã Tràng segera mengambil busur. Anak panahnya mengenai leher ular berbisa yang kemudian melarikan diri. Seekor ular belang mengejarnya, sementara pasangannya sudah mati. Dã Tràng menguburkan ular yang mati itu.
Malam harinya, Dã Tràng bermimpi ular belang datang kepadanya. Ular itu berterima kasih karena Dã Tràng telah menolongnya dan menguburkan pasangannya. Sebagai tanda terima kasih ia memberikan sebutir mutiara. “Letakkan mutiara ini di bawah lidahmu. Kau akan memahami bahasa binatang,” kata ular.
Esok harinya ketika Dã Tràng bangun, ia menemukan mutiara yang indah di dekat bantalnya. Ketika pergi berburu, Dã Tràng memanah seekor rusa. Panahnya meleset. Seekor burung gagak berkaok-kaok ribut di dahan pohon. Dã Tràng meletakkan mutiara di bawah lidahnya. Seketika ia mendengar gagak itu berbicara kepadanya.
“Ke sana! Rusa itu lari ke timur!” kata gagak. “Ayo kejar!”
Dã Tràng mengejar rusa bersama gagak. Ia berhasil menangkap rusa itu. Dã Tràng membersihkan daging rusa dan memberikan sebagian kepada gagak. Sejak itu gagak selalu menemani Dã Tràng berburu.Tiap hari Dã Tràng selalu mendapat hewan buruan berkat bantuan gagak. Dã Tràng tidak pernah lupa meninggalkan sebagian hasil buruannya untuk gagak.
Pada suatu hari, Dã Tràng menangkap seekor kijang. Ketika ia selesai membersihkan kijang, ia tidak melihat gagak. Dã Tràng tidak menunggu gagak kembali. Ia meninggalkan daging untuk gagak di bawah pohon dan langsung pulang.
Tak lama kemudian gagak datang ke rumah Dã Tràng dan meminta bagiannya. Rupanya daging yang disisihkan Dã Tràng diambil oleh hewan lain. Gagak marah karena mengira Dã Tràng tidak memberinya daging kijang. Dã Tràng juga marah karena tuduhan gagak. Ia memanah gagak, tapi tidak kena. Gagak terbang berputar-putar sambil berteriak-teriak. Lalu ia mengambil anak panah Dã Tràng dan terbang pergi.
Beberapa hari kemudian Dã Tràng ditangkap. Anak panah dengan tulisan namanya ditemukan pada mayat yang tenggelam di sungai. Walaupun Dã Tràng mengatakan ia tidak membunuh orang itu, tapi karena bukti anak panah itu, ia dinyatakan bersalah dan dipenjarakan.
Pada suatu hari, Dã Tràng melihat semut banyak sekali berbaris di dinding penjara. Semut-semut itu berjalan cepat-cepat membawa makanan dan telur mereka. Dã Tràng bertanya kepada semut mengapa tergesa-gesa. “Kami mengungsi,” kata semut. “Ada banjir besar tak lama lagi.” Dã Tràng memberitahukan berita itu kepada penjaga. Penjaga itu memberi tahu kepala penjara yang segera melapor kepada raja.
Raja merasa berita itu aneh, tapi ia segera memerintahkan untuk menyiapkan semua kebutuhan yang diperlukan bila banjir benar-benar datang. Ia juga meminta rakyatnya bersiap-siap, bahkan mengungsi. Tiga hari kemudian, terjadi banjir besar. Karena peringatan Dã Tràng, seluruh negeri selamat. Raja memanggil Dã Tràng. Ia dibebaskan dari penjara dan diangkat menjadi penasehat raja.
Pada suatu hari Dã Tràng mendengar burung-burung mengatakan bahwa tentara negara tetangga akan untuk menyerang mereka. Dã Tràng segera melapor kepada raja. Raja segera mempersiapkan pasukan untuk menahan serangan.Tentara negara tetangga berhasil dihalau. Sekali lagi Dã Tràng berjasa menyelamatkan negara.
Pada suatu hari raja mengajak Dã Tràng pergi berlayar. Dã Tràng mendengar suara aneh. Seekor cumi-cumi berenang di samping perahu sambil menyanyi penuh semangat. Dã Tràng mendengarkan lagu cumi-cumi yang lucu. Ia pun tertawa terbahak-bahak hingga mutiara di mulutnya melompat ke luar dan tenggelam di laut.
Dã Tràng segera memberitahu sang raja bahwa mutiaranya yang sangat berharga jatuh di laut. Raja segera memerintahkan semua orang mencari mutiara itu. Semua tentara dan pelayan yang ada di perahu mencari mutiara itu, namun tidak menemukannya.
Dã Tràng mengaduk-aduk pasir di pantai, berharap menemukan mutiaranya kembali. Bertahun-tahun ia mencari tapi tetap tidak menemukan mutiara yang hilang. Akhirnya ia meninggal karena sedih.
Bila kamu pergi ke pantai berpasir, kamu akan melihat kepiting-kepiting kecil di pantai. Hewan-hewan kecil itu menggali lubang di pasir, berkeliaran dari lubang ke lubang seperti mencari-cari sesuatu yang tidak pernah ditemukan. Orang-orang Vietnam percaya bahwa kepiting-kepiting itu adalah penjelmaan Dã Tràng yang masih penasaran karena belum menemukan mutiaranya.
***
Jika Anda menyukai Cerita Legenda Kepiting Pantai, Anda bisa membagikannya ke Twitter, Facebook, Google+, Pinterest atau ke situs lainnya (tentunya menyertakan link balik ke http://direktoricerita.blogspot.co.id/).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar