“Yong, cepat sedikit! Aku haus sekali,” kata kancil
“Tunggu, cil,” kata keong.
Keong berusaha berjalan secepat mungkin tapi kancil sudah tidak sabar. Kancil marah dan mulai mengejek keong.
“Makanya, yong. Kalau mau jalanmu cepat, jangan bawa-bawa rumahmu,” kata kancil.
Kancil terus mengejek sehingga keong kesal. “Jalanku memang pelan. Tapi aku bisa lari lebih cepat darimu,”
“Kamu lari lebih cepat dariku?” kancil tertawa geli sampai terguling-guling di tanah.
“Kamu tidak percaya? Jalanku memang lambat, tapi kalau mau aku bisa lari lebih cepat darimu.”
“Kalau begitu, kita balapan yuk!” kata kancil
“Ayo, siapa takut! Besok kita balapan lari dari pohon cemara sampai pohon durian itu.”
“Baik, besok kita bertemu pada waktu matahari terbit. Jangan nangis kalau kalah, ya.” Kancil pun pergi sambil tertawa-tawa.
Seekor kelinci dan burung-burung menasihati keong agar membatalkan balapan. “Kau pasti kalah,” kata kelinci. “Benar, batalkan saja,” kata burung pipit.
“Datang saja besok, kita lihat apa yang terjadi,” kata keong.
Esok paginya, seluruh warga hutan sudah mendengar berita keong menantang kancil balapan. Banyak hewan datang menonton. Kancil senang sekali. Dia yakin sekali akan menang.
“Yong, kau yakin akan tetap balapan denganku? Tak perlu malu, belum terlambat untuk membatalkannya.”
Keong menjawab dengan percaya diri, “Ayo kita mulai!”
Balapan dimulai. Kancil mulai berlari. “Yong, aku lari pelan-pelan saja... toh aku akan tetap menang.”
“Hei, kancil! Aku di depanmu!”
Kancil terkejut. Keong sudah mendahuluinya. Kancil pun mempercepat larinya.
Beberapa saat kemudian....
“Yong?”
“Aku di sini!” terdengar suara kecil di depan kancil.
Kancil sekarang lari secepat-cepatnya, tapi....
“Yong?”
“Hei, kancil! Kalau tidak cepat, kau akan kalah!”
Tiap kali kancil memanggil, “Yong?”, keong selalu ada di depannya.
Kancil sudah hampir sampai di pohon durian. Dengan gugup ia memanggil, “Yong?”
Keong sudah ada di bawah pohon durian. “Aku di sini, cil. Aku menang!”
Penonton bersorak sorai. Kancil yang sombong sangat malu. Ia pergi dengan kepala tertunduk.
Benarkah keong berlari lebih cepat dari kancil? Tentu saja tidak! Tapi keong cerdik. Ia mengumpulkan teman-temannya. Semua keong tampak serupa. Keong yang banyak sekali itu berjalan pelan-pelan di sepanjang jalur balapan. Tiap ada panggilan, “Yong?” keong yang berada di depan kancil menjawab. Satu keong bersembunyi di bawah pohon durian, ketika kancil hampir sampai, ia menampakkan diri.
Siapa lemah harus cerdik!
***
Jika Anda menyukai Cerita Anak Keong dan Kancil Balapan Lari, Anda bisa membagikannya ke Twitter, Facebook, Google+, Pinterest atau ke situs lainnya (tentunya menyertakan link balik ke http://direktoricerita.blogspot.co.id/).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar