Senin, 14 Maret 2016

Goa Selomangleng

Goa Selomangleng merupakan objek wisata populer di Kotamadya Kediri yang berada di utara kota dan dilengkapi akses jalan raya yang mulus, tersedia angkutan kota dan dekat dengan universitas serta SMA Negeri di Kota Kediri. Dinamakan Selomangleng dikarenakan lokasinya yang berada di lereng bukit (bahasa Jawa: Selo = batu, Mangleng = miring), kira-kira 40 meter dari tanah terendah di kawasan. Gua ini terbentuk dari batu andesit hitam yang berukuran cukup besar, sehingga nampak cukup menyolok dari kejauhan.
Keistimewaan
Sepintas tidak ada yang istimewa di goa batu ini, keunikan baru terlihat begitu mendekati pintu goa. Beberapa meter dibawah mulut goa terdapat beberapa bongkahan batu yang berserakan. Sebagian diantaranya terdapat pahatan, menandakan bahwa tempat ini sudah pernah disentuh manusia. Berbagai corak relief menghiasi dinding luar goa, diantaranya ada yang berbentuk manusia.
Melongok ke dalam gua, suasana gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut pengunjung. Tidak heran bila ada beberapa pengunjung yang takut atau berfikir panjang sebelum memutuskan untuk memasukinya. Kesan mistis terasa kental sekali saat berada di dalamnya. Beberapa pengunjung nampak buru-buru keluar setelah tidak lama memasuki ruang karena, dikarenakan tidak kuat dengan aroma dupa yang menyengat.
Goa yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikannya kedap air. Tidak ada stalagtit maupun stalagmit yang umum dijumpai pada goa-goa alam. Terdapat tiga ruangan dalam goa, dari pintu masuk kita akan tiba di ruangan utama yang tidak begitu lebar dengan sebuah pintu kecil di sisi kiri dan kanan untuk menuju ruangan lain dari dalam goa.
Di dalam goa ini banyak sekali dijumpai relief yang menghiasi dinding goa. Diperlukan penerangan tambahan untuk bisa melihatnya dengan jelas.Bisa juga menggunakan sinar lampu dari telepon genggam yang kebetulan bisa difungsikan sebagai lampu penerangan (senter). Pada dasar lantai banyak sekali ditemukan bunga-bunga sesajen berwarna merah dan kuning yang masih segar. Suatu pertanda bahwa tempat ini cukup sering digunakan untuk mengasingkan diri, bertapa atau tirakat bagi kalangan masyarakat tertentu.
Memasuki ruangan sebelah kiri dari pintu masuk goa, pengunjung mesti sedikit merangkak dikarenakan ukuran pintunya yang cukup kecil. Ketika mencoba memasuki ruangan tersebut, praktis cahaya yang ada semakin minim dikarenakan tidak adanya penerangan pada ruang tersebut. Ditambah ruangannya yang kecil dengan atap yang rendah sehingga kesan sempit dan sumpek mendominasi suasana dalam ruangan tersebut. Sulit kali untuk melihat apa saja yang ada di dalam ruangan tersebut. Ketika mencoba menelusuri dinding gua dengan penerangan dari telpon genggam, barulah terlihat bahwa bagian dalam gua tersebut juga memiliki relief-relief yang senada dengan bagian luar goa.
Berbeda dengan ruang sebelah kiri goa, pada sisi kanan gua, terdapat relief pada bagian atas dari pintu masuk. Mirip dengan relief yang sering menghiasi bagian atas dari pintu masuk candi. Ruangan ini sedikit lebih lebar dari sisi kiri. Pada dinding goa, terdapat bagian yang menonjol dengan cerukan kecil dibagian bawahnya, membentuk tungku. Sebatang dupa yang masih menyala nampak berada di dalam tungku tersebut, menebarkan aroma menyengat yang memenuhi seluruh ruangan. Relief-relief yang ada masih bisa terlihat cukup jelas untuk dinikmati.
Sejarah
Dari cerita yang beredar, Goa Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja Erlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Goa Selomangleng.
Terlepas dari gelap dan pengapnya suasana dalam goa, objek wisata Gua Selomangleng patut dikunjungi saat anda berada di Kediri. Tak jauh dari lokasi goa ini juga terdapat museum Airlangga yang merupakan museum purbakala yang bisa dikunjungi dan banyak sekali menyimpan benda-benda arkeologi berupa patung/arca. Dan sekarang, Goa Selomangleng diberi fasilitas lain seperti kolam renang dengan aneka wahananya dan juga arena bermain anak.
Selain mengunjungi goa pengunjung juga dapat "sedikit" olahraga dengan naik ke Gunung Maskumambang yang hijau dan asri serta banyak terdapat ayam hutan yang berada di samping Museum Airlangga. Untuk naik gunung, pengunjung tidak berlu bersusah - susah karena telah dibangun tangga untuk naik ke atas.
Atau pengunjung yang ingin mencoba tantangan dapat naik ke atas Gunung Klothok yang dipuncaknya terdapat sumber mata air yang bernama 'Elo'. Selain berwisata sejarah, pengunjung dapat berwisata outbound, jadi badan bisa sehat dan wawasan akan sejarahpun bertambah.
Ancaman
Sampai sejauh ini tidak ada upaya terencana dari instansi terkait untuk membuat situs Selomangleng terpahami secara memadai oleh masyarakat yang berdiam di sekitarnya (untuk kemudian memampukan mereka untuk melakukan pemeliharaan secara signifikan). Perhatian yang ada hanya ala kadarnya saja. Dalam banyak hal yang terjadi malah sebaliknya. Kawasan Selomangleng sekarang ini justru lebih diriuhkan oleh berbagai macam kegiatan yang tidak hanya akan mengurangi respek masyarakat terhadap keberadaan si situs, namun juga mengancam keaslian dan keutuhannya. Keberadaan tempat hiburan (kolam renang, panggung hiburan dan sejenisnya) yang dibangun secara permanen hanya beberapa belas meter dari situs, beberapa patung yang lenyap dan ditambal secara serampangan dengan menggunakan semen merupakan bukti nyata ancaman tersebut. Walaupun tidak jauh dari lokasi tersebut berdiri museum, namun keberadaannya praktis tidak menggetarkan siapapun. Praktis tidak ada aksi-aksi 'spektakuler' pihak penanggung-jawab temuan arkeologis tersebut untuk membuat situs Selomangleng lebih bermakna bagi masyarakat dan bangsa ini.
Cerita lain
Bagi pasangan muda-mudi yang masih ragu dengan kesetiaan pasangannya, layak mendatangi Goa Selomangleng. Goa itu tepat berada di lereng Gunung Klotok Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Lokasi tersebut oleh sebagian orang dipercaya sebagai penguji kelanggengan hubungan asmara.
"Saya dulu sudah pernah membuktikan dan ternyata benar. Dua kali saya pacaran dan semuanya saya ajak ke sana. Dua-duanya juga harus berakhir dengan kata putus," kata salah satu warga Kota Kediri, Bayu Candra (27) di sela-sela liburannya di lokasi Goa Selomanleng,
Bayu yang saat ini telah berkeluarga dan dikaruniai seorang putra mengaku untuk kekasih terakhir yang saat ini menjadi istrinya, tak sekalipun diajaknya ke Goa Selomanleng.
Hal senada juga dikatakan oleh Lasimin (56), warga yang tinggal di sekitar Goa Selomanleng. Lelaki tua yang berprofesi sebagai petani tersebut mengaku, tidak ada yang tahu asal-usul Goa Selomanleng dipercaya sebagai lokasi penguji kelanggengan hubungan asmara.
"Nggih mboten ngertos pripun awale rumiyen. Tapi meniko sampun dados kepercayaan warga mriki, menawi tasek pacaran mendingan mboten usah dijak dolan dateng guo. (Ya tidak tahu bagaimana awalnya. Tapi ini sudah menjadi kepercayaan warga, kalau masih pacaran jangan diajak bermain ke goa)," ujar Lasimin.
Lasimin juga menuturkan, jauh sejak sebelum direnovasi tahun 1991 silam, Goa Selomanleng memang dikenal sedikit angker. Lokasinya di lereng gunung, serta bentuknya yang unik dengan tampilan sejumlah relief halus di dalamnya, menjadikan Goa Selomanleng memang mengerikan.
Dari keterangan sejumlah warga menyebutkan, salah satu relief yang paling menonjol di dalam goa adalah penampakan Dewi Kilisuci, putri dari Raja Kediri, Djojoamiluhur.
Putri raja yang dalam sejarah dikenal memiliki wajah sangat cantik tersebut, memutuskan bertapa di dalam Goa Selomanleng hingga akhir hayatnya. Itu sebagai upaya menyelamatkan warga Kediri dari amukan Djotosuro, seorang pangeran buruk rupa dari Banyuwangi, yang murka karena gagal mempersuntingnya.
"Menawi nggih goro-goro lampahan topo meniko ingkang dadosaken guo meniko dados angker, khsusipun tiyang ingkang pacaran. (Kira-kira karena aksi bertapa ini yang menjadikan gua ini jadi angker, khususnya bagi orang yang masih pacaran)," ujar Lasimin.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Kediri, Isnaini membantah adanya mitos tersebut. Menurutnya hal tersebut hanya kepercayaan segelintir orang, yang mungkin telah merasakan efek dari kepercayaan tersebut.
"Banyak orang lain yang datang dengan pasangannya dan ternyata mereka masih tetap langgeng," ujar Isnaini saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya.
Meski demikian, dia menganggap Goa Selomanleng memiliki ciri khas tersendiri apabila dibandingkan dengan gos lain di Jawa Timur.
"Saya sendiri juga sering mendengar kepercayaan itu dan semoga hal itu akan mendongkrak kunjungan wisata ke Goa Selomanleng," katanya.

Tentang Dewi Kilisuci
Sanggramawijaya Tunggadewi adalah putri Raja Airlangga dari perkawinannya dengan Sri (putri Dharmawangsa Teguh) lahirlah Sanggramawijaya Tunggadewi yang menjadi pewaris takhta Kahuripan,
sejak kerajaan masih berpusat di Watan Mas sampai pindah ke Kahuripan, tokoh Sanggramawijaya menjabat sebagai Rakryan Mahamantri alias putri mahkota.
Gelar lengkapnya ialah Rakryan Mahamantri i Hino Sanggramawijaya Dharmaprasada Uttunggadewi.
Nama ini terdapat dalam prasasti Cane (1021) sampai prasasti Turun Hyang I (1035).
Pada prasasti Pucangan (1041) nama pejabat Rakryan Mahamantri sudah berganti Sri Samarawijaya.
Saat itu pusat kerajaan sudah pindah ke Daha.
Semenjak awal Putri Mahkota Airlangga ini lebih menyukai menyepi, keheningan Goa Selomangleng dan Pucangan lebih menarik hati Sanggramawijaya daripada hiruk pikuk keduniawian sehingga akhirnya beliau memutuskan mengundurkan diri dan menjadi pertapa bergelar Dewi Kili Suci.
Selain Dewi Kilisuci, Airlangga juga mempunyai dua orang putera dari selir. Karena pewaris tahta yang sah tidak bisa menggantikannya, Airlangga merasa perlu membagi kerajaan untuk dipimpin kedua putranya.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Pandawa atas kurawa, yang senada dengan kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.
Konstruksi Goa Selomangleng yang tidak terlalu menjorok seperti halnya goa di Jawa Timur memudahkan para pengunjung untuk menyusuri kedalamannya. Dalam keremangan cahaya matahari yang menerobos di sela-sela dinding batu, tampak relief halus yang menghiasi seluruh dinding goa. Gua ini terbentuk dari batu andesit hitam yang berukuran cukup besar, bebatuan dalam goa yang kedap air ini sudah menghitam, mungkin terpapar asap dupa dari masa ke masa, membuat relief-relief di dinding semakin samar.
Informasi tentang arca dan relief di Goa Selomangleng dari Dinas Purbakala maupun Pariwisata Kediri sangat minim sekali, tidak ada informasi lebih detail. Padahal dinding goa banyak terdapat pahatan berupa relief, akan tetapi belum diungkap secara rinci maknanya.
Salah satu relief yang paling menonjol adalah penampakan seorang perempuan cantik yang sedang bertapa. Perempuan itu digambarkan tengah bersila tepat di antara dua ruangan yang berada di kanan-kirinya, Mungkin perempuan cantik ini adalah penggambaran dari Sang Dewi Kilisuci.
Arca-arca pun banyak yang teronggok di halaman depan goa begitu saja tanpa di semen untuk keamanan patung itu sendiri, walaupun sudah tidak lengkap bentuknya tetap saja memiliki nilai sejarah yang tinggi dan tak ternilai. Lebih bagus lagi kalau diberi keterangan,(nama arca,ditemukan dimana, dan dari jaman apa? )
supaya kami para pengunjung dapat sekaligus belajar dan menambah pengetahuan tentang sejarah.
Relief sosok wanita cantik yang sedang bertapa terdapat di lengkungan pilar di tengah ruangan goa
Relief Kala yang Terletak diAtas Pintu Masuk Ruangan Sesaji di Goa Selomangleng
Ruangan dalam goa terdapat tiga bagian, Suasana dalam goa selomangleng walaupun berukuran kecil namun sinar matahari tidak bisa leluasa masuk, terutama di bagian ruangan sebelah kanan yakni ruangan persembahan, untuk meletakkan sesaji dan dupa, juga ruangan sebelah kiri yang terdapat pintu masuk berukuran kecil dan tinggi, sehingga jika kita ingin memasuki ruangan pertapaan ini sedikit memanjat karena letaknya yang lebih tinggi dari ruangan-ruangan goa yang lain.
Ruangan sebelah kanan goa selomangleng, ada sebuah altar untuk meletakkan sesaji dan dupa
Ruangan sebelah kiri Goa Selomangleng,dulunya digunakan oleh Dewi Kilisuci untuk bertapa, tempat mengheningkan cipta,rasa dan karsa, menyucikan batin dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta
Aroma harum bunga dan dupa menyambut anda yang berkunjung ke Goa Selomangleng, karena di goa ini pada saat-saat tertentu masih digunakan sebagai tempat hening oleh penganut kearifan lokal yang sangat menjunjung tinggi peninggalan para leluhur yang dianggap suci dan memiliki nilai sejarah yang tak ternilai, oleh karenanya mereka memperlakukan situs tersebut dengan penuh rasa hormat, menjunjung tinggi peninggalan leluhur sebagai wujud bakti dan penghormatan, karena tanpa para Leluhur tidak akan ada kelanjutan generasi kita yang sekarang.
Namun sayang, banyak sekali yang terlanjur menstigma negatif tanpa ingin mengetahui lebih mendalam lagi, dianggap bunga dan dupa adalah persembahan kepada makhluk gaib (setan,bekasakan dll)
Padahal bunga sendiri memiliki makna simbol yang sangat luhur sebagai pengantar doa yang dipanjatkan, misalnya:
Bunga Mawar ,memiliki pengertian Mawi-Arsa : Supaya hati selalu "tawar" segala niat didasari dengan ketulusan, sebagaimana Ketulusan Tuhan Sang Maha Pencipta/Alam Semesta yang selalu memberikan anugerah kepada seluruh makhluk tanpa pamrih. Bunga mawar merah-putih bisa juga melambangkan asal muasal/sangkan paraning dumadi kehidupan manusia, agar kita selalu ingat darimana asal kita dan kemana kita akan kembali.
Bunga Melati , Memiliki pengertian Rasa melad soko njero athi, hendaknya apa yang kita ucapkan adalah sebuah ketulusan, dan harus sama apa yang didalam hati, diucapkan dan dilakukan semua apa adanya dengan ketulusan (tidak munafik)
Bunga Kanthil , memiliki pengertian Tansah Kumanthil, atau mengandung filosofi kasih sayang yang tidak terputus, kepada seluruh makhluk hidup dan alam semesta tanpa terkecuali hendaknya saling mengasihi,menyayangi dan menghormati.
Masih banyak sebenarnya jenis-jenis bunga yang harum dan indah yang digunakan sebagai sarana/pelengkap kegiatan berdoa oleh penganut kearifan lokal Jawa maupun umat Hindu.
Tentang dupa/hio juga banyak yang belum paham benar atau mungkin langsung merasa seram jika mencium aroma dupa selalu dikaitkan dengan mistisisme semata grin emotikon , saya sering senyum sendiri memaklumi (atau bahkan trenyuh?) jika berpapasan dengan pengunjung yang langsung kabur jika mencium atau melihat asap dupa yang sebenarnya sangat harum dan menenangkan.
Padahal di tempat-tempat spa modern saja belakangan dupa/aromatherapy digunakan untuk relaksasi, mengendorkan syaraf yang lelah dan menghilangkan stres, otomatis inner beauty akan terpancar smile emotikon
Begitu pula saat berdoa atau dalam laku spiritual, menyalakan dupa fungsinya adalah tahap awal untuk membuat relaks/santai, melepaskan semua pikiran-pikiran,ego,nafsu duniawi dan permasalahan kehidupan, fokus pada keheningan mendalam, diharapkan dalam keadaan hening lebih dapat merasakan, mendengarkan suara hati nurani, menyucikan batin, berserah diri dan semakin dekat dengan Sang Maha Pencipta.
Itu semua hanya sedikit dari sekian banyak laku perjalanan manusia dalam menemukan Tuhannya, setidaknya itu yang simpulkan dari pengamatan dan pemahaman saya.
Jadi, jika anda berkunjung ke Goa Selomangleng dan kebetulan mencium aroma dupa dan melihat sesajian bunga, saya pikir tidak usah merasa takut atau aneh.
Dupa dan Bunga tidak bisa dilepaskan dari budaya leluhur kita dan tidak bisa dipungkiri masih dilakukan turun temurun oleh budaya kita, sama luhur dan bernilainya seperti peninggalan-peninggalan purbakala yang tersebar di seluruh Nusantara. Sangat penting kita belajar memahami dan menghargai budaya peninggalan Leluhur bangsa kita yang sarat makna dan filosofi yang agung, sebelum kita mengagung-agungkan budaya luar dan kehilangan identitas jati diri kita sebagai Bangsa Indonesia yang telah memiliki peradaban yang luar biasa, terbukti dari jejak-jejak peninggalan sejarah dan cagar budaya yang tertinggal.
Rute Goa Selomangleng Kediri
Dari Blitar ikutilah jalan trans Kediri (usahakan untuk tidak mengikuti jalur bus, agar rute yang di tempuh lebih pendek)
Memasuki kawasan kota Kediri, lanjutkan perjalanan menuju Terminal Tamanan (terminal Bus Kota Kediri)
Pertigaan Terminal tamanan belok ke kanan (utara) sampai menjumpai Traffic Light.
Beloklah ke kiri (barat), anda akan sampai di kawasan wisata Selomangleng.
Lokasi dapat dijangkau menggunakan speda motor ataupun mobil.
Koordinat Goa Selomangleng Kediri 7°48’25″S 111°58’22″E
Lain-lain:
Anda akan dipungut retribusi saat memasuki kawasan selomangleng.
Share this:
Rahasia Goa Selo Mangleng
Menurut beberapa orang winasis, Julukan goa pertapaan Dewi Kilisuci adalah Selo Bale, artinya kurang-lebih bangunan tempat tinggal. Goa inilah pusat perhatian di masa pemerintahan Baginda Erlangga 1035-an sewaktu beliau memutuskan turun takhta dan menjadi pertapa di lereng gunung Penanggungan.
Dalam kurun singkat beberapa minggu pada1990-an siapa pun yang mengunjungi goa batu alami di punggung gunung Klotok sebelah Timur segaris lurus dengan Goa Selomangleng akan menjumpai seorang lelaki berusia delapan puluhan. Tampilannya biasa saja seperti petani, ia tidak mengenakan apapun selain celana panjang dan baju safari, pakaiannya itu pun tampak sudah tua.
Lelaki itu berambut putih, bertubuh langsing, wajahnya tampak berseri-seri. Ia tidak banyak bicara kalau tidak ditanya.
"Bapak tinggal sendirian di sini sedang melakukan apa?"
"Saya hanya menjaga tempat ini atas perintah kraton Solo. Di sinilah tempat pertapaan Dewi Kilisuci yang sebenarnya, dan bukan di Goa Mangleng di bawah sana, itu hanya museum belaka," katanya penuh keyakinan. "Kami dari kraton Solo menganggap leluhur kami berasal dari sini (dari Kediri, Jawa Timur)." Ia tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa tempat itu harus dijaga saat ini. Ia mengalihkan pembicaraan pada bangunan di luar goa, tepatnya di seberang jurang menganga di lubang goa berukuran empat kali lima meter itu. Mengenai sedikit hipotesis mengenai misteri goa Selo Mangleng yang belum pernah dipublikasikan baca tulisan kami yang lain di blog ini berjudul, "Rahasia Kraton Sri Aji Joyoboyo".
"Di tiga ceruk batu itulah para prajurit kerajaan bertugas mengawasi tempat ini," ujarnya. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Memang samar-samar tampak dinding bukit batu tegak lurus terdapat goa-goa kecil yang berukuran mini.
"Tempat ini dulu tidak seperti ini, Ada jalan penghubung antara penjaga di seberang dan goa Selo Bale ini. Wilayah ini sekarang dikuasai pihak militer dan dijadikan ajang latihan perang-perangan menggunakan amunisi sungguhan. Mortir atau meriam biasa digunakan jika sedang masa latihan pada tahun 70-an. Dan senapan serbu laras panjang tidak terhitung lagi jumlah pelurunya yang berhamburan di sini."
Memang benar semua itu, penduduk di kawasan ini sudah tahu hal itu dan menganggap sebagai hal biasa. Memang tidak ada unsur kesengajaan dari militer untuk merusak situs itu, akan tetapi situs itu secara tak langsung terkena dampak buruknya.
"Goa Selo Bale inilah yang benar-benar jadi tempat pertapaan putri Erlangga itu, bukan di Goa Selo Mangleng, itu hanya museum semata-mata," ujar lelaki tua mengulangi apa yang sudah dikatakannya belum beberapa bentar, kembali suaranya terdengar mantap dan meyakinkan.
"Dulu tempat ini tidak sedalam ini, hanya sampai sebatas sini," katanya menunjuk lantai goa. "Orang-orang yang mencari harta-karun mencoba menggali dinding ini hingga bertambah sekitar setengah meter. Tampaknya tidak berhasil mendapatkan apapun."
"Sampai sekarang orang belum berhasil menemukan peninggalan heboh kerajaan Kediri. Mungkin berada di balik bukit ini!" katanya serius, sambil menunjuk suatu sudut punggung gunung. Jika kita berjalan melingkari bukit dan tiba di balik bukit itu memang terdapat air terjun kecil, Tretes. Dan di seberang sana sebelah selatan terdapat daerah dengan julukan Gemblung, bila orang berjalan di atas daerah itu seolah ada suara dari dasar tanah berbunyi "bung, bung, bung." Mungkin ada semacam ruang bawah tanah berukuran besar.
Di balik bukit sebelah timur terdapat sumber air suci Gunung Klotok, tempat itu terkenal dengan sebutan Sumber Loh, karena di hulu aliran air yang lumayan deras itu kebetulan terdapat sebatang pohon Lo berukuran raksasa, dan dari lobang-lobang di sekitar akar pohon itulah awal mula mata air yang terus memancar sepanjang masa, tak kenal musim, dan tak kenal jaman.
Beberapa tahun kemudian jika orang tersasar atau sedang mendaki gunung Klotok dan tiba di tempat itu akan menjumpai kembali goa tersembunyi itu sunyi seperti sediakala. Tidak seorang pun berada di sana. Sesunyi sebuah goa misteri yang lain di balik bukit yang sama tempat itu disebut "Goa Kikik", arti harfiahnya kurang lebih goa mini. Barangsiapa mencari goa yang satu itu akan kesulitan menemuinya karena tiada bedanya dengan bongkahan batu biasa saja. Akan tetapi goa itu memang asli pahatan tangan nenek-moyang di masa silam. Goa Kikik seperti garis pertahanan lain dari arena perbukitan itu untuk memapak pendatang dari jurusan barat laut yang sedang mengarah ke Goa Selo Bale.
wallahualam bishshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar