Tahukah Anda, Nabi Muhammad SAW dalam hidupnya hanya dua kali sakit. Lalu, bagaimana proses pencegahan sehingga terhindar dari penyakit? Pengobatan ala Nabi biasa dikenal dengan sebutan Thibun Nabawi sekitar abad ke-13. Ini diperkenalkan oleh Syekh Ibnu Qoyyim Al Jauziah di dalam kitabnya Zaadul Maad. Thibbun nabawi mengacu terhadap semua perkataan, pengajaran, dan tindakan Rasul berkaitan dengan pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit.
Termasuk tindakan medis dilakukan sahabat atau orang pada zaman Nabi Muhmmad SAW. Pengobatan Ala Nabi dapat diyakini dan bersifat pasti (qath’i) karena berasal dari wahyu dan misykat Nubuwwah, bernuansa illahiah, alamiah, dan ilmiah yang berasal dari kesempurnaan akal melalui proses berfikir (aqliyah).
Lalu seperti apa metode pengobatan menurut Nabi Muhammad SAW? Thibbun nabawi mencakup penyembuhan, pencegahan, cara hidup sehat Nabi, keadaan mental, serta spiritual. Alasannya, thibbun nabawi berjalan tidak hanya pada ruh melainkan juga pada jasad. Secara garis besar pengobatan thibbun nabawi seperti preventif (pencegahan). Seperti apa pencegahan tersebut? Semua tata cara hidup sehat ala Rasulullah merupakan tindakan preventif yang beliau ajarkan kepada umatnya. Di antaranya:
A. Salat Tahajud
“Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Wahana pendekatan diri kepada Allah SWT, penghapus dosa dan pengusir penyakit dari dalam tubuh”. (HR at-Tirmidzi).
Jika melakukan Salat Tahajud secara rutin, benar gerakannya, ikhlas dan khusuk niscaya (dengan seizin Allah SWT) akan terbebas dari penyakit infeksi dan kanker, menjadikan tubuh bugar dan bersemangat, serta terhindar dari penyakit punggung pada usia tua.
Dr Abdul Hamid diyab dan Dr. Ah Qurquz, dikutip darikeperawatanreligionannisaulfah.wordpress.com, mengungkapkan, salat malam atau Tahajud dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita sehingga tidak mudah terkena penyakit, menenangkan hati dari segala kegundahan dan kegelisahan hidup dialami.
Selain itu, memiliki kandungan aspek meditasi dan relaksasi cukup besar, dan memiliki pengaruh terhadap kejiwaan yang dapat digunakan sebagai strategi penanggulangan adaptif pereda stres.
B. Puasa Sunnah
“Dan kalau kalian puasa itu lebih baik bagi kalian kalau kalian mengetahuinya.” (Surat Al-Baqaroh: 184)
Puasa menjaga kesehatan pencernaan, perbaikan tubuh dan otak, menyehatkan jantung, menurunkan berat badan, memelihara kesehatan jiwa, meredakan rasa sakit,serta terhindar dari ” jet lag".
Apa itu? Suatu sindrom berupa rasa tidak nyaman pada pencernaan, pikiran, kelelahan disertai gangguan tidur, akibat bepergian melintasi zona waktu yang berbeda.
C. Menjaga kebersihan dan kesucian
Kebersihan tubuh
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Fitrah ada lima atau lima perkara dari fitrah; berkhitan, menghabiskan bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan menipiskan kumis.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kebersihan Lingkungan
Menjaga lingkungan dari sumber penyakit misalnya karantina untuk penderita wabah, melarang urinasi pada air yang tenang (tidak mengalir), dll. Menutup tempat makanan dan minuman yang terisi juga merupakan tindakan perventif (pencegahan) “Jabir radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Tutuplah tempat-tempat makanan, tempat-tempat minuman karena sesungguhnya di dalam setahun ada sebuah malam yang turun di dalamnya wabah penyakit tidak dia melewati sebuah tempat makanan atau minuman yang tidak tertutup, atau tidak ada penghalang di atasnya melainkan turun di dalamnya dari wabah penyakit tersebut.” (HR. Muslim).
Pola dan Tata Cara Makan
Pastikan makanan yang didapatkan adalah halal dan baik (thayyib) serta tidak mengandung unsur-unsur yang haram. “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS: Al Maidah: 88).
Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal barangnya. Sedangkan thayyib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi.
Makan sesudah lapar dan berhenti sebelum kenyang. Aturannya, kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga lagi untuk udara (gas).
“Al Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang manusia mengisi sebuah tempat yang lebih buruk daripada perut, cukuplah bagi seorang manusia beberapa suapan yang menegakkan punggungngya, dan jika hawa nafsunya mengalahkan manusia, maka 1/3 untuk makan dan 1/3 untuk minum dan 1/3 untuk bernafas.” HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2265.
Mencuci kedua tangan sebelum makan
“Apabila Rasululllah SAW hendak tidur sedangkan Beliau dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu terlebih dahulu dan apabila hendak makan, beliau mencuci kedua tangannya terlebih dahulu.” (HR. Ahmad)
Makan dengan tenang, tidak tergesa-gesa, dan dengan tempo sedang.
Cara makan seperti ini akan menghindarkan tersedak, tergigit, dan makanan bisa dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan pun jadi lebih ringan.
Thibbun nabawi mencakup bidang penyembuhan, pencegahan, cara hidup sehat Rasul, keadaan mental, serta spiritual karena thibbun nabawi berjalan tidak hanya pada ruh melainkan juga pada jasad. Secara garis besar pengobatan thibbun nabawi memiliki tujuan preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar