Beragam keluhan datang dari UKG 2015 yang digelar kemdikbud melalui dinas pendidikan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Keluhan-keluhan yang banyak beredar dan dapat dipantau dengan mudah melalui sosial media (medsos) seperti facebook dan twitter adalah keluhan para guru peserta UKG 2015 tentang soal-soal yang terlalu sulit untuk mereka jawab. Soal-soal yang terlalu sulit inilah yang menyebabkan nilai UKG 2015 mereka rendah atau di bawah rerata target kemdikbud, yaitu 5,5. Selain itu berembus pula berita tentang kebocoran soal-soal UKG 2015 melalui media sosial. Memang, dengan menggunakan media komunikasi seperti media sosial macam facebook, whatapp, twitter, instgram atau BBM sangat rentan digunakan untuk menyebarluaskan soal-soal UKG 2015 yang berhasil difoto oleh peserta UKG saat mengerjakan soal. Entah apa dalih mereka sehingga dengan mudah menyebarkan soal UKG 2015, jika memang benar berita yang berhembus itu.
|
benarkah soal UKG 2015 bocor? |
Kecurangan lain juga ditemukannya joki dalam pelaksanaan UKG 2015. Dalam berita itu disebutkan bahwa guru yang mengajar di sebuah sekolah dasar itu melakukan kecurangan dengan menggunakan joki karena alasan gaptek (gagap teknologi) sehingga takut tidak lulus UKG dan akan menyebabkan tunjangan profesinya dicabut. Tentunya alasan ini sangat tidak masuk akal bagi bapak dan ibu guru yang telah mempunyai wawasan tentang tujuan digelarnya UKG 2015 oleh kemdikbud dalam hal ini Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Tetapi begitulah, di jaman informasi yang sedemikian maju dan mudah diakses, masih cukup banyak guru-guru kita yang belum memiliki literasi di bidang teknologi informasi sehingga cenderung tidak mengetahui apa sebenarnya UKG 2015 dan untuk nilai UKG 2015 yang dikumpulkan oleh kemdikbud tersebut.
Teruskan Membaca »
Tidak ada komentar:
Posting Komentar