Minggu, 20 Desember 2015

Kisah Legenda Yin Dan Yang Sebuah Mitologi Tiongkok

Asal Usul Mitologi Yin Yang – Dalam Film maupun kisah-kisah komik silat tiongkok seringkali kita temui filosofi Yin dan Yang terselip di sana. Suatu filosofi keselarasan dalam paham Taoisme. Sebenarnya ada kisahnya tersendiri mengenai asal usul Yin dan Yang tersebut. Sebuah Kisah legenda Yin dan Yang sebuah mitologi Tiongkok yang masih dikenal pahamnya sampai saat ini. Kisah Dua Pemuda Yin dan Yang yang memiliki ilmu dan budi pekerti yang luhur di jamannya.

Kisah Legenda Yin dan Yang


Kisah Legendaris Yin Yang 
Kisah Yin dan Yang ini di dapat dari legenda Tiongkok kuno “mitologi Dinasti Yin dan Dinasti Zhou”, makna Yin-Yang bermula dari cerita rakyat yang mengisahkan tentang dua orang bersahabat bernama Yin dan Yang. Mereka dikenal sebagai orang yang berbudi luhur, berjiwa besar dan penuh dengan kasih sayang. Mereka saling mengasihi meskipun keduanya memiliki filosofi berbeda terhadap ajaran agama Taoisme.

Untuk itu secara teratur diadakanlah pertemuan untuk berdiskusi, mengajukan argument tanya jawab namun perdebatan tak pernah kunjung usai, keduanya saling mempertahankan prinsip mereka sendiri. Ketika nyaris frustasi mereka mulai kehilangan kendali diri, dalam hati masing-masing mulai muncul rasa ‘akulah yang lebih benar’.

Akhirnya tercetus kata-kata Yin : ‘Ah, seandainya engkau adalah aku, tentu akan bisa memahami apa yang ingin kusampaikan, dan diskusi ini akan dapat membawa kita lebih mengerti ‘sesuatu’ itu’. Yang : ‘Hei, aku juga berpikir begitu. Tapi bagaimana cara kita saling tukar diri kita?

Karena memang mereka tidak dapat saling tukar diri, maka tak lama kemudian mereka menemukan pemecahan yang disetujui paling tepat. Diputuskan, Yin akan mempelajari agama/keyakinan Yang dan Yang akan mempelajari agama/keyakinan Yin. Dan karena mereka memang menginginkan hasil terbaik dan terbenar, maka mereka berikrar akan mempelajari dengan sepenuh hati, berusaha memahami dengan hati terbuka, tidak malah mencari-cari titik kelemahan yang akan digunakan untuk menyerang lawannya.


Diputuskan, setelah 40 tahun mereka akan bertemu lagi untuk “duel sampai titik darah penghabisan”. Akhirnya, 40 tahun kemudian, Yin dan Yang yang telah semakin tua, bertemu pada senja hari di tempat terakhir mereka bertemu dahulu. Mereka saling berpandangan, tak sepatah kata pun yang terucapkan. Sinar mata mereka penuh kasih yang menghanyutkan sukma, senyum mereka begitu halus dan tulus.

Mereka saling memeluk. Resonansi getaran jiwa mereka pada angin yang membelai, pada daun-daun yang berbisik, pada seluruh relung ruang di jagad raya ini : “Saudaraku, kau selalu dalam aku, dan aku dalam engkau.” Sejak saat itu tak ada lagi diskusi, karena dalam pelukan itu mereka mengerti tanpa mengetahui dan mendapatkan tanpa mencari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar