Sabtu, 02 Mei 2015

Ilmuwan Hebat yang Gunakan Diri Sendiri sebagai Kelinci Percobaan


Diperlukan pengorbanan demi kemajuan dan inovasi. Itu pula yang diamini para ilmuwan di dunia. Misalnya, untuk menemukan penyakit dan obat dibutuhkan eksperimen. Entah karena kurang dana atau apa, ada ilmuwan yang memakai diri sendiri sebagai kelinci percoban.

Umumnya, percobaan dilakukan terhadap sekelompok orang yang diberi kompensasi berupa uang. Pada kasus lain, bisa menggunakan pasien rumah sakit atau yang paling sadis, terhadap tawanan perang. Namun ada juga yang menggunakan eksperimen terhadap diri sendiri.

Seperti dilansir List Verse, berikut adalah ilmuwan-ilmuwan tersebut.

1. Werner Forssman, Penemu Kateter Jantung
Dulu, dokter akan membedah pasien untuk mengobati penyakit jantung. Pada tahun 1930, Werner Forssman mencoba menggunakan selang kecil atau kateter lewat pembuluh darah langsung menuju jantung. Yang jadi kelinci percobaan adalah dirinya sendiri.

Dia menyayat lengannya, lalu menelusupkan kateter menuju jantung. Kesalahan kecil bisa merobek pembuluh darah dan berakibat fatal. Untuk membuktikan keberhasilannya, dengan tabung tergantung di lengan, dia berjalan dari ruang operasi ke mesin sinar-X. Frossman akhirnya dianugerahi Nobel bidang kedokteran tahun 1956.

2. Justin Schmidt, Ilmuwan Nyeri
Sensasi nyeri merupakan konsep yang rumit untuk diukur. Beberapa orang ada yang menjerit ketika kulit tersayat pisau, namun ada yang tetap diam saat tulangnya patah. Justin Schmidt ingin mengukurnya dengan membandingkan nyeri akibat berbagai sengatan hewan.

Schmidt memeringkat rasa nyeri mulai dari 0, yaitu tak terasa, hingga 4 atau menyiksa. Dia juga menambahkan deskripsi untuk memungkinkan pemeriksaan lebih lengkap atas apa yang diderita. Misalnya, satu sengatan tawon digambarkan sebagai rasa sakit seketika yang luar biasa dan menghalangi kemampuan seseorang untuk melakukan apa pun, kecuali menjerit.

3. Max von Pettenkofer, Peneliti Kolera
Max von Pettenkofer adalah tokoh medis abad ke-19 asal Jerman. Saat itu, penyakit yang paling mengganggu adalah kolera yang mematikan karena hilangnya cairan tubuh oleh diare. Kini semua orang tahu penyakit ini disebabkan oleh kuman Vibrio cholerae dan menyebar lewat kontaminasi tinja.

Pettenkofer meyakini kolera ikut dipengaruhi oleh kondisi tanah yang mengubah kuman menjadi racun menular. Demi membuktikan teorinya, dia meminum sampel kuman kolera untuk melihat apakah ia akan jatuh sakit atau tidak. Walau merasa tak enak badan, Pettenkofer ternyata tak sampai sekarat.

4. Barry Marshall dan Robin Warren, Peneliti Maag
Walau sering disepelekan, sakit maag bisa berakhir dengan kematian. Risikonya muncul dari perdarahan atau perforasi lambung sehingga menyebabkan infeksi. Dulu penyebabnya masih misteri, sampai Barry Marshall dan Robin Warren menemukan pemicunya.

Setelah perutnya diperiksa dan dinyatakan sehat, Marshall menelan bakteri Helicobacter pylori. Dia segera mengalami peradangan perut dan gejala lainnya. Duo ilmuwan ini berhasil menunjukkan bahwa H. pylori dapat menyebabkan maag dan bisa diobati dengan antibiotik. Keduanya diganjar Nobel pada tahun 2005.

5. Stubbins Ffirth, Peneliti Demam Kuning
Demam kuning atau yellow fever adalah penyakit akibat virus yang disebarkan oleh nyamuk. Penyakit ini membunuh 30.000 orang tiap tahun meskipun sudah ada vaksin yang efektif. Seorang mahasiswa kedokteran bernama Stubbins Ffirth tergerak untuk menyelidiki.

Dia mengambil muntahan, darah, air liur, hingga nanah pasien demam kuning dan meminumnya, juga menularkannya lewat luka, hingga menuangkan muntah ke bola matanya sendiri, namun tidak juga terserang penyakit. Akhirnya dia menyimpulkan penyakit ini tak menular antar manusia.

6. Johann Wilhelm Ritter, Stimulasi Listrik

Johann Wilhelm Ritter dikenal dalam penemuan dampak listrik pada hewan mati. Penemu sinar ultraviolet ini lantas tertarik mencobanya pada tubuhnya sendiri. Dia menyetrum beberapa daerah tubuhnya lalu mencatat hasilnya.

Reaksi paling ekstrem yang dia temukan adalah ketika menyetrum k*l*minnya lalu mengalami orgasme. Dia malah mengulang-ulangi eksperimen tersebut. Untuk menghalau rasa nyeri akibat setruman, dia sesekali menggunakan morfin.

7. Sanctorius, Peneliti Lapar
Manusia bisa mati karena kelaparan, semua orang sudah tahu. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang terjadi sehingga membuat orang lapar bisa sampai mati. Di awal abad ke-17, seorang dokter bernama Sanctorius tergelitik menjawab pertanyaan itu.

Dia menimbang berat segala hal yang dimakan dan dikeluarkan selama lebih dari 30 tahun. Percobaan ini memungkinkan dia menghitung bahwa setiap 3,62 kg makanan yang dimakan akan menghasilkan kotoran seberat 1,36 kg. Bobot yang hilang tersebut digunakan dalam proses yang tak dia mengerti dan disebutnya 'insensible perspiration'.

8. JBS Haldane, Peneliti Kapal Selam
Perang menjadi tempat pelatihan bagi para ilmuwan dan dokter. Dorongan untuk membantu mencegah kematian mendorong JBS Haldane mempelajari efek dari perubahan tekanan udara dalam kapal selam pada awak yang mencoba melarikan diri dari kecelakaan.

Haldane berulang kali menempatkan dirinya sendiri dalam ruang dekompresi. Akibatnya gendang telinganya pecah, namun sembuh dengan sendirinya dengan meninggalkan lubang.

Sumber: detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar