Makam Sunan Pojok terletak di jantung Kota Blora, tempatnya di sebelah Selatan alon-alon Kota Blora. Dari data yang diperoleh bahwa makam Sunan Pojok adalah makam SUROBAHU ABDUL ROHIM, ia adalah seorang Perwira di Mataram yang telah berhasil memadamkan kerusuhan di pesisir utara ( Tuban). Sekembalinya dari Tuban jatuh sakit dan meninggal dunia di Desa POJOK ( Blora ). Pangeran SUROBAHU ABDUL ROHIM dikenal pula dengan sebutan Pangeran Pojok, makam tersebut sampai sekarang masih dipelihara dan dihormati oleh masyarakat. Kemudian karen jasanya , maka puteranya yang bernama JAYA DIPA diangkat menjadi Bupati Blora yang pertama ( dinasti Surobahu Abdul Rohom ), setelah wafat digantikan putranya JAYA WIRYA, kemudian JAYA KUSUMA yang keduanya setelah wafat dimakamkan di lokasi makam Pangeran Pojok Kauman. Makam ini sering dikunjungi oleh masyarakat dalam dan luar kota terutama malam Jumat Pon, dan pada Bulan Suro diadakan Khol yang dihadiri peziarah dari berbagai wilayah di Blora.
Siapakah sebenarnya Sunan Pojok? Pertanyaan itu bisa muncul, nebgingat makamnya oleh Pemkab sangat diperhatikan kelestariannya.
Bahkan tidak jarang dalam APBD diplot dana untuk biaya renovasi. Dari cerita yang berkembang di masyarakat, konon makam Sunan Pojok masih menunjukan kharismanya hingga saat ini.
Bahkan tidak jarang orang luar daerah yang akan memegang pangembating praja di Blora, hampir dipastikan akan ziarah ke makam ini untuk minta doa restu atau semacam kulonuwun. Jika prosesi itu tidak dilakukan, diyakini pejabat tersebut akan mendapat hambatan dalam karirnya. Mengenai kebenarannya, Wallahua'lam.
Yang jelas, dalam ritual peringatan hari jadi, ziarah ke kompleks makam yang terletak di Jl Mr Iskandar Lorong I No 1 itu selalu dilakukan oleh Bupati bersama Muspida. Pada hari-hari tertentu, makam tersebut juga didatangi oleh orang yang mempunyai tujuan tertentu.
Mereka berdoa di makam dengan maksud mendapat restu. Sehingga apa yang menjadi keinginan bisa tercapai.
Dari sejumlah literatur yang ada, Mbah Benun Wali Pojok Blora mempunyai tiga nama sebutan lain. Yakni, Syeh Abdurrohim, Pangeran Sedah, dan Pangeran Surobahu. Beliau dikenal sebagai salah seorang Sayid.
Mbah Benun inilah yang diyakini mempunyai kaitan erat dengan asal usul Blora. Pangeran Surobahu, begitu salah satu nama sebutannya, pernah menumpas keraman di Kabupaten Tuban pada tahun 1625.
Keraman yang dimaksud adalah beberapa Adipati di tanah Jawa yang sudah tidak loyal kepada pemerintahan Sultan Agung. Disebutkan, di antaranya Kadipaten Tuban, Lasem, Pasuruhan, Suroboyo, Sumenep, Wirosobo.
Waktu itu Sultan Agung sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Dua masalah besar tengah menghadangnya.
Di satu sisi VOC terus mengembangkan daaerah perdagangan dan jajahannya. Di sisi lain banyak Aadipati yang mbalelo, termasuk banyak keraman atau kerusuhan.
Menumpas Keraman
Kadipaten Tuban, yang waktu itu belum menjadi wilayah jajahan VOC, merupakan salah satu kabupaten yang terjadi keraman dan mbalelo dari Mataram.
Untuk menumpas keraman tersebut, Sultan Agung memerintah Pangeran Surobahu yang juga Syek Abdurrohim Mbah Benun Wali Pojok Blora, yang dibantu Bahurekso dan Pangeran Agul-agul untuk menumpasnya.
Setelah memegang kekancing (perintah) dari Sultan Agung Hanyokro Kusumo Panembahan Agung Senopati ing Ngalogo Kalifatullah Abdurrahman Sayidin Panotogomo, Mbah Benun melaksanakan perintah tersebut. Dia disertai 500 prajurit Mataram. Dan alhamdulillah berkat pertolongan Allah, Pangeran Surobahu dapat menaklukkan Tuban dan segera kembali ke Mataram untuk melapor kepada Sultan Agung.
Dalam perjalanan pulang ke Mataram, rombongan Surobahu melewati Desa Jurangjero, sekarang Sidomulyo, masuk wilayah Kecamatan Banjarejo, untuk shalat dan beristirahat. Karena wilayahnya masih hutan lebat, maka para prajurit nasak-nasak atau membabat hutan agar dapat dipergunakan untuk shalat dan istirahat.
Lokasi prajurit nasak-nasak itu, saat ini diberi nama Desa Sasak. Setelah melihat tempat yang bersih, kebetulan di sebuah pojok tempat tersebut ada pohon Nangka, Surobahu beristirahat di bawah pohon itu. Saat ini lokasi tersebut disebut Desa Karangnongko.
Tidak berapa lama di Desa Karangnongko ini, Pangeran Surobahu menderita sakit sampai akhirnya wafat. Oleh para prajurit dimakamkan di pojok tempat beliau beristirahat.
Sepeninggal Surobahu, sebagian prajurit menetap di Sasak, namun sebagian pulang ke Mataram untuk melapor ke Sultan Agung. Setelah Sultan Agung menerima laporan kemudian memerintah putra pangeran Surobahu Raden Tumenggung Joyodipo untuk menetap, dan dianugerahi wilayah sekaligus menjadi Bupati Blora yang pertama.
Waktu itu dia dibantu seorang adiknya yang bernama Kyai Toh Bahu yang sekarang dimamakamkan di Makam Krapyak, Desa Kajangan, Kecamatan Blora Kota.
Raden Tumenggung Joyodipo, setelah meninjau makam ayahnya, kemudian berjalan ke arah Timur menyeberang sungai yang sekarang bernama Kaliwangan. Terus naik ke wilayah yang lebih tinggi dengan berjalan perlahan-lahan, ke tempat yang sekarang disebut alun-alun Blora.
Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengam Mbah Balora yang ditemani tujuh pemuda. Raden Tumenggung Joyodipo bersama Mbah Balora serta teman-temannya itu membangun perkampungan, persawahan, dan memindahkan makam Gedong atau makam Sunan Pojok ke lokasi yang hingga sekarang selalu menjadi tempat pelaksanaan haul setiap tahunnya.
Siapakah sebenarnya Sunan Pojok? Pertanyaan itu bisa muncul, nebgingat makamnya oleh Pemkab sangat diperhatikan kelestariannya.
Bahkan tidak jarang dalam APBD diplot dana untuk biaya renovasi. Dari cerita yang berkembang di masyarakat, konon makam Sunan Pojok masih menunjukan kharismanya hingga saat ini.
Bahkan tidak jarang orang luar daerah yang akan memegang pangembating praja di Blora, hampir dipastikan akan ziarah ke makam ini untuk minta doa restu atau semacam kulonuwun. Jika prosesi itu tidak dilakukan, diyakini pejabat tersebut akan mendapat hambatan dalam karirnya. Mengenai kebenarannya, Wallahua'lam.
Yang jelas, dalam ritual peringatan hari jadi, ziarah ke kompleks makam yang terletak di Jl Mr Iskandar Lorong I No 1 itu selalu dilakukan oleh Bupati bersama Muspida. Pada hari-hari tertentu, makam tersebut juga didatangi oleh orang yang mempunyai tujuan tertentu.
Mereka berdoa di makam dengan maksud mendapat restu. Sehingga apa yang menjadi keinginan bisa tercapai.
Dari sejumlah literatur yang ada, Mbah Benun Wali Pojok Blora mempunyai tiga nama sebutan lain. Yakni, Syeh Abdurrohim, Pangeran Sedah, dan Pangeran Surobahu. Beliau dikenal sebagai salah seorang Sayid.
Mbah Benun inilah yang diyakini mempunyai kaitan erat dengan asal usul Blora. Pangeran Surobahu, begitu salah satu nama sebutannya, pernah menumpas keraman di Kabupaten Tuban pada tahun 1625.
Keraman yang dimaksud adalah beberapa Adipati di tanah Jawa yang sudah tidak loyal kepada pemerintahan Sultan Agung. Disebutkan, di antaranya Kadipaten Tuban, Lasem, Pasuruhan, Suroboyo, Sumenep, Wirosobo.
Waktu itu Sultan Agung sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Dua masalah besar tengah menghadangnya.
Di satu sisi VOC terus mengembangkan daaerah perdagangan dan jajahannya. Di sisi lain banyak Aadipati yang mbalelo, termasuk banyak keraman atau kerusuhan.
Menumpas Keraman
Kadipaten Tuban, yang waktu itu belum menjadi wilayah jajahan VOC, merupakan salah satu kabupaten yang terjadi keraman dan mbalelo dari Mataram.
Untuk menumpas keraman tersebut, Sultan Agung memerintah Pangeran Surobahu yang juga Syek Abdurrohim Mbah Benun Wali Pojok Blora, yang dibantu Bahurekso dan Pangeran Agul-agul untuk menumpasnya.
Setelah memegang kekancing (perintah) dari Sultan Agung Hanyokro Kusumo Panembahan Agung Senopati ing Ngalogo Kalifatullah Abdurrahman Sayidin Panotogomo, Mbah Benun melaksanakan perintah tersebut. Dia disertai 500 prajurit Mataram. Dan alhamdulillah berkat pertolongan Allah, Pangeran Surobahu dapat menaklukkan Tuban dan segera kembali ke Mataram untuk melapor kepada Sultan Agung.
Dalam perjalanan pulang ke Mataram, rombongan Surobahu melewati Desa Jurangjero, sekarang Sidomulyo, masuk wilayah Kecamatan Banjarejo, untuk shalat dan beristirahat. Karena wilayahnya masih hutan lebat, maka para prajurit nasak-nasak atau membabat hutan agar dapat dipergunakan untuk shalat dan istirahat.
Lokasi prajurit nasak-nasak itu, saat ini diberi nama Desa Sasak. Setelah melihat tempat yang bersih, kebetulan di sebuah pojok tempat tersebut ada pohon Nangka, Surobahu beristirahat di bawah pohon itu. Saat ini lokasi tersebut disebut Desa Karangnongko.
Tidak berapa lama di Desa Karangnongko ini, Pangeran Surobahu menderita sakit sampai akhirnya wafat. Oleh para prajurit dimakamkan di pojok tempat beliau beristirahat.
Sepeninggal Surobahu, sebagian prajurit menetap di Sasak, namun sebagian pulang ke Mataram untuk melapor ke Sultan Agung. Setelah Sultan Agung menerima laporan kemudian memerintah putra pangeran Surobahu Raden Tumenggung Joyodipo untuk menetap, dan dianugerahi wilayah sekaligus menjadi Bupati Blora yang pertama.
Waktu itu dia dibantu seorang adiknya yang bernama Kyai Toh Bahu yang sekarang dimamakamkan di Makam Krapyak, Desa Kajangan, Kecamatan Blora Kota.
Raden Tumenggung Joyodipo, setelah meninjau makam ayahnya, kemudian berjalan ke arah Timur menyeberang sungai yang sekarang bernama Kaliwangan. Terus naik ke wilayah yang lebih tinggi dengan berjalan perlahan-lahan, ke tempat yang sekarang disebut alun-alun Blora.
Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengam Mbah Balora yang ditemani tujuh pemuda. Raden Tumenggung Joyodipo bersama Mbah Balora serta teman-temannya itu membangun perkampungan, persawahan, dan memindahkan makam Gedong atau makam Sunan Pojok ke lokasi yang hingga sekarang selalu menjadi tempat pelaksanaan haul setiap tahunnya.
A. Silsilah Sunan Pojok
Sunan Pojok Blora atau pangeran pojok, putranya Pangeran Ronggo Sedayu, Puteranya Ratu Pekojo ( Ratu Prakojo) di Kartosura. Putran dari Sunan Kudus (Raden Ja’far Sadiq), putra dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji), Putra dari Ratu Fatimah Istri Khalifah Kusen, puterinya Sunan Ngampel suaminya yaitu Nyai Ageng Manila atau Dewi Condrowati puteri Raden Tumenggung Arya Tejo Bupati Tuban, Sunan Ngampel puteranya Sultan Surajudin atau Maulana Ibrahim Asmoro puteranya Ibrahim Asmoro Qondhi atau Jamaludin Husen (Syeh Jumadil Qubro) puteranya Sayidina Abdurrahman puteranya Sayidina Imam Abdullah, puteranya Syaih Askar, puteranya Syaikh Kasan puteranya Syaikh Semangun putranya Nahmudinil Kabir, puteranya Sayyidina Jainal Qubro puteranya Sarif Sultan Sulaiman puteranya Sarif Sultan Walid Jenal Ngalim puteranya Sayidina Wamaulana Sultan Kabir Mukhammad Ali puteranya Sayidina Sultan Abu Abdullah Kuse puteranya Siti Fatimah istri Sayidina Ali Karomallahu Wajnah Puterinya Nabi Muhammad SAW.
Sunan Pojok Blora mempunyai putera 3 orang yaitu:
1. Pangeran Kleco, dimakamkan Di Kudus di Kompleks Makam Sunan Kudus
2. Pangeran Joyo Dipo, Bupati I Kadipaten Blora dimakamkan di Blora di Kompleks makam Sunan Pojok Blora tepatnya di sebelah timurnya makam sunan Pojok Blora
3. Pangeran Dipoyuda makamnya di Desa Tambaksari Blora
B. Riwayat dari Sunan Pojok
Dari hasil wawancara kepada Bapak Sugeng (penjaga makam Sunan Pojok) informasi yang saya peroleh Riwayat dari walisongo. Hanya sedikit yang saya peroleh dari hasil wawancara, namun Bapak Sugeng memberikan sebuah buku untuk bisa dipelajari sendiri. dari buku tersebut saya tahu Riwayatnya adalah Sunan Pojok Blora, Jawa Tengah dikenal sebagai sosok waliyullah yang menyebarkan agama islam di daerah Blora. Sunan Pojok memiliki lebih dari satu nama yaitu Pangeran Pojok , Pangeran Surabaya, Pangeran Surabahu, Pangeran Sedah, Syaikh Amirullah Abdurrochim dan wali Pojok Blora. juga disebut Mbah Benun. Beliau berasal dari Mataram (Yogyakarta). beliau merupakan Panglima perang dan Adipati di Tuban. beliau di tugaskan oleh Sultan agung Hanyokrokusumo untuk:
1. Perang melawan VOC di Batavia, berhasil menang pada tanggal 20 Nopember 1626. satu-satunya peperangan yang menang dapat mengalahkann VOC.
2. Menaklukkkan sebgaian daerah Pati, Tuban, Pasuruan serta Surabaya juga berhasil dengan gemilang.
Setelah berhasil melaksanakan tugas beliau melapor kepada Sultan Agung Hanyokrokusumondi Mataram, sekembalinya dari Mataram beliau kelelahan dan menderita sakit dan akhirnya meningggal dan dimakamkan di desa Pojok, Karangnangka, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. kemudian makam beliau dipindahkan oleh putera beliau RM. Somadito yang diangkat menjadi Bupati Blora pertama kali oleh Siultan Agung Hanyokrokusumo ke makam Gedhong Blora Jl Mr.Iskandar I/1 Blora, sebelah selatan alun -alun kota Blora.
Selama hidup beliau dipenuhi pengabdian kepada pemerintah kerajaan mataram, kepada rakyat sehingga beliau sangat terkenal, dibuktikan dengan berbagai jabatn yang di embannya, yaitu sebagai Pangliam Perang, sebagai Adipati dan seluruh jabatan dunia yang diembannya itiu dilepaskan dan akhirnya beliau menjadi Waliyullah. Tindak dan perilaku beliau patut dicontoh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang paling utama sebagai hamba Allah Subhanallahu wa Ta'ala.
C. Sejarah Singkat Perjalanan Sunan Pojok
Makam Sunan Pojok terletak di jantung Kota Blora dekat dengan Alun-Alun Kota Blora, tepatnya berada disebelah Utara Pasar Kota Blora, sangat strategis dan mudah dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut data inventaris Kepurbakalaan dari Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Blora serta hasil dari pendapat sebagian tokoh masyarakat mengenai data-data makam para tokoh Pemerintahan dan Keagamaan pada waktu dulu, merupakan awal mula pemerintahan di Kabupaten Blora. Barangkali dari sini dapat digambarkan asal mula Kabupaten Blora. Makam Sunan Pojok adalah Makam Pangeran Surobahu Abdul Rohim. Sebelumnya beliau adalah seorang perwira di Mataram yang telah berhasil memadamkan kerusuhan di daerah pesisir utara atau tepatnya didaerah Tuban, sekembalinya dari Tuban diperjalanan beliau jatuh sakit dan meninggal dunia di Desa Pojok Blora, Menurut seorang ahli makam, Mbah Sobib dari desa Bugel Menganti, Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara, Pangeran Surobahu Abdul Rohim juga punya nama kecil yaitu Benun ( Mbah Benun ). Karena jasa-jasa Sunan Pojok, maka putranya yang bernama Jaya Dipa diangkat sebagai Bupati Blora yang pertama ( Dinasti Surobahu Abdul Rohim ), setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Jaya Wirya, Kemudian oleh Jaya Kusumo. Keduanya, setelah wafat dimakamkan dilokasi Makam Pangeran Pojok. Kauman. Makam Sunan Pojok sering dikunjungi/ diziarahi oleh banyak masyarakat terutama pada malam jumat .
kegiatan haul biasanya tanggal 27 Suro ( Tahun Jawa ), serta pada saat Hari jadi Kab. Blora , dan dilaksanakan tanggal 10 Desember.
Sunan Pojok Blora atau pangeran pojok, putranya Pangeran Ronggo Sedayu, Puteranya Ratu Pekojo ( Ratu Prakojo) di Kartosura. Putran dari Sunan Kudus (Raden Ja’far Sadiq), putra dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji), Putra dari Ratu Fatimah Istri Khalifah Kusen, puterinya Sunan Ngampel suaminya yaitu Nyai Ageng Manila atau Dewi Condrowati puteri Raden Tumenggung Arya Tejo Bupati Tuban, Sunan Ngampel puteranya Sultan Surajudin atau Maulana Ibrahim Asmoro puteranya Ibrahim Asmoro Qondhi atau Jamaludin Husen (Syeh Jumadil Qubro) puteranya Sayidina Abdurrahman puteranya Sayidina Imam Abdullah, puteranya Syaih Askar, puteranya Syaikh Kasan puteranya Syaikh Semangun putranya Nahmudinil Kabir, puteranya Sayyidina Jainal Qubro puteranya Sarif Sultan Sulaiman puteranya Sarif Sultan Walid Jenal Ngalim puteranya Sayidina Wamaulana Sultan Kabir Mukhammad Ali puteranya Sayidina Sultan Abu Abdullah Kuse puteranya Siti Fatimah istri Sayidina Ali Karomallahu Wajnah Puterinya Nabi Muhammad SAW.
Sunan Pojok Blora mempunyai putera 3 orang yaitu:
1. Pangeran Kleco, dimakamkan Di Kudus di Kompleks Makam Sunan Kudus
2. Pangeran Joyo Dipo, Bupati I Kadipaten Blora dimakamkan di Blora di Kompleks makam Sunan Pojok Blora tepatnya di sebelah timurnya makam sunan Pojok Blora
3. Pangeran Dipoyuda makamnya di Desa Tambaksari Blora
B. Riwayat dari Sunan Pojok
Dari hasil wawancara kepada Bapak Sugeng (penjaga makam Sunan Pojok) informasi yang saya peroleh Riwayat dari walisongo. Hanya sedikit yang saya peroleh dari hasil wawancara, namun Bapak Sugeng memberikan sebuah buku untuk bisa dipelajari sendiri. dari buku tersebut saya tahu Riwayatnya adalah Sunan Pojok Blora, Jawa Tengah dikenal sebagai sosok waliyullah yang menyebarkan agama islam di daerah Blora. Sunan Pojok memiliki lebih dari satu nama yaitu Pangeran Pojok , Pangeran Surabaya, Pangeran Surabahu, Pangeran Sedah, Syaikh Amirullah Abdurrochim dan wali Pojok Blora. juga disebut Mbah Benun. Beliau berasal dari Mataram (Yogyakarta). beliau merupakan Panglima perang dan Adipati di Tuban. beliau di tugaskan oleh Sultan agung Hanyokrokusumo untuk:
1. Perang melawan VOC di Batavia, berhasil menang pada tanggal 20 Nopember 1626. satu-satunya peperangan yang menang dapat mengalahkann VOC.
2. Menaklukkkan sebgaian daerah Pati, Tuban, Pasuruan serta Surabaya juga berhasil dengan gemilang.
Setelah berhasil melaksanakan tugas beliau melapor kepada Sultan Agung Hanyokrokusumondi Mataram, sekembalinya dari Mataram beliau kelelahan dan menderita sakit dan akhirnya meningggal dan dimakamkan di desa Pojok, Karangnangka, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. kemudian makam beliau dipindahkan oleh putera beliau RM. Somadito yang diangkat menjadi Bupati Blora pertama kali oleh Siultan Agung Hanyokrokusumo ke makam Gedhong Blora Jl Mr.Iskandar I/1 Blora, sebelah selatan alun -alun kota Blora.
Selama hidup beliau dipenuhi pengabdian kepada pemerintah kerajaan mataram, kepada rakyat sehingga beliau sangat terkenal, dibuktikan dengan berbagai jabatn yang di embannya, yaitu sebagai Pangliam Perang, sebagai Adipati dan seluruh jabatan dunia yang diembannya itiu dilepaskan dan akhirnya beliau menjadi Waliyullah. Tindak dan perilaku beliau patut dicontoh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang paling utama sebagai hamba Allah Subhanallahu wa Ta'ala.
C. Sejarah Singkat Perjalanan Sunan Pojok
Makam Sunan Pojok terletak di jantung Kota Blora dekat dengan Alun-Alun Kota Blora, tepatnya berada disebelah Utara Pasar Kota Blora, sangat strategis dan mudah dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut data inventaris Kepurbakalaan dari Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Blora serta hasil dari pendapat sebagian tokoh masyarakat mengenai data-data makam para tokoh Pemerintahan dan Keagamaan pada waktu dulu, merupakan awal mula pemerintahan di Kabupaten Blora. Barangkali dari sini dapat digambarkan asal mula Kabupaten Blora. Makam Sunan Pojok adalah Makam Pangeran Surobahu Abdul Rohim. Sebelumnya beliau adalah seorang perwira di Mataram yang telah berhasil memadamkan kerusuhan di daerah pesisir utara atau tepatnya didaerah Tuban, sekembalinya dari Tuban diperjalanan beliau jatuh sakit dan meninggal dunia di Desa Pojok Blora, Menurut seorang ahli makam, Mbah Sobib dari desa Bugel Menganti, Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara, Pangeran Surobahu Abdul Rohim juga punya nama kecil yaitu Benun ( Mbah Benun ). Karena jasa-jasa Sunan Pojok, maka putranya yang bernama Jaya Dipa diangkat sebagai Bupati Blora yang pertama ( Dinasti Surobahu Abdul Rohim ), setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Jaya Wirya, Kemudian oleh Jaya Kusumo. Keduanya, setelah wafat dimakamkan dilokasi Makam Pangeran Pojok. Kauman. Makam Sunan Pojok sering dikunjungi/ diziarahi oleh banyak masyarakat terutama pada malam jumat .
kegiatan haul biasanya tanggal 27 Suro ( Tahun Jawa ), serta pada saat Hari jadi Kab. Blora , dan dilaksanakan tanggal 10 Desember.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar