Minggu, 21 Februari 2016

Gagalnya Percobaan Pembunuhan Soekarno Saat Shalat Idul Adha Dan Munculnya Tjakrabirawa Sebagai Resimen Khusus Kepresidenan

Percobaan Pembunuhan Soekarno Tahun 1962 – Seorang presiden sebesar Soekarno tentu memiliki banyak musuh yang tidak sepaham. Beberapa kali usaha pembunuhan terhadap Soekarno gagal dilakukan. Tapi ada satu momen yang menarik yaitu Gagalnya Percobaan pembunuhan Soekarno saat Shalat Idul Adha dan munculnya Tjakrabirawa sebagai Resimen Khusus Kepresidenan. Usaha percobaan pembunuhan ini terjadi pada tanggal 14 Mei 1962 saat lapangan Istana Merdeka di buka untuk umum untuk pelaksanaan ibadah shalat Idul Adha. Sehingga otomatis istana negara menjadi pusat perhatian banyak warga negara saat itu. Siapa yang mau melewatkan shalat bersama orang nomer satu di republik ini?

Soekarno salat saat kunjungan ke luar negeri - ilustrasi

Kronologis Usaha Pembunuhan Soekano Saat Idul Adha

Soekarno hadir bersama muslim yang memenuhi istana dan ikut shalat bersama mereka. Semua terlihat normal dan penjagaan ketat seperti biasa. Shalat dimulai, sampai pada gerakan rukuk, tiba-tiba teriakan takbir seorang pria terdengar yang disusul suara tembakan.

Seorang pria tak dikenal keluar dari barisan pertama dan mengarahkan pistolnya ke Soekarno. Peluru pertama meleset, mengenai ketua DPR kala itu, Zainul Arifin. Peluru kedua ditembakkan dan tetap meleset. 

(Dalam cerita lain ada yang menulis bahwa yang terkena tembak adalah dua anggota polisi, Amoen dan Susilo. Mereka bersama beberapa polisi lain serempak bertubrukan menghalangi penembak dari Soekarno. Amoen tertembak di dada, sedang Susilo keserempet peluru di kepala. Keduanya selamat.)

Situasi buyar seketika, Soekarno segera dievakuasi dan pelaku digrebek pasukan keamanan. Meski gagal, tapi percobaan pembunuhan ini tetap menggemparkan jajaran pengawal dan keamanan. Meski sudah ada peringatan sebelumnya, dan pengamanan ditingkatkan karenanya, namun tetap aneh ketika pria nekat ini masih bisa menembus keamanan dengan pistolnya dan mendekati Soekarno.

Mangil Martowidjojo, Komandan Kawal Pribadi Soekarno kala itu sudah mendapat informasi dari Kapten Dahlan, Komandan Pengawal Istana, terkait percobaan pembunuhan oleh kelompok Darul Islam sehari sebelumnya. Mendengar peringatan ini ia mengecek kegiatan Soekarno sepekan kedepan. Dan didapati bahwa momen shalat ied besok adalah yang paling longgar pengamanannya. Pasalnya gerbang istana dibuka untuk umum. Meski menggunakan sistem undangan untuk masuk, tapi undangan yang disebar pun ala kadarnya. Tipe yang mudah dipalsukan mengikuti teknologi yang ada saat itu.


Akhirnya Mangil menyamar dengan sarung dan kopiah, ditemani wakilnya, Soedarso berdiri enam langkah di depan Soekarno saat pelaksanaan shalat. Benar saja, setelah terlihat gerakan mencurigakan si penembak, Mangil langsung menyeret Soekarno dari lokasi dalam keadaan menunduk. Diikuti Soedarso yang siaga menarik pistol sambil berjalan mundur.

Setelah diinvestigasi, pelaku diketahui bernama Haji Bachrum, mengaku meleset di tembakan kedua karena melihat dua bayangan Soekarno. Akibatnya pelaku dijatuhi hukuman mati. Namun ketika diajukan pada Soekarno, ia menolak menandatangani surat hukuman itu. “Aku tidak sampai hati memerintahkan dia dieksekusi,” kata Soekarno.

Lahirnya Resimen Khusus Tjakrabirawa

Peristiwa ini jadi perhatian khusus Menteri Pertahanan dan Keamanan, Jendral Abdul Haris Nasution. Ia menyarankan Soekarno segera membentuk resimen khusus untuk menjaga dirinya dan keluarganya. Dalam tim ini harus ada prajurit-prajurit terbaik dari empat angkatan: AD, AURI, AL, dan Polri.

Permintaan ini pun disetujui Soekarno yang mengeluarkan surat keputusan pembentukan resimen kawal bernama Tjakrabirawa pada 6 Juni 1962—ulang tahun Soekarno.

Nama Tjakrabirawa diambil dari senjata tokoh pewayangan Kresna. Dalam bahasa Sansekerta Tjakrabirawa berarti “Lingkaran Dahsyat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar