Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia sejak awal 2014 hingga pertengahan Februari 2014 sebanyak 282 kejadian. Dampaknya, 197 orang tewas, 64 luka-luka, 1,6 juta jiwa mengungsi, serta puluhan ribu rumah rusak.
Negeri kita memang sedang dalam kondisi darurat bencana. Belum kering dampak banjir, gunung meletus. Belum usai mengatasi dampak gunung meletus, satu gunung lain meletus pula.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, tampak tak siap mengatasi bencana yang datang berurutan dalam waktu berdekatan. Hm, apa ketaksiapan kita karena kita tak terlalu "akrab" menghadapi bencana alam?
Bisa jadi. Padahal, "mengakrabkan" diri dengan bencana mungkin jalan terbaik hidup di negeri yang rentan bencana alam macam Indonesia. Salah satu cara "mengakrabkan" diri tersebut mungkin dengan jalan memasyarakatkan film-film bertema bencana. Tapi sayang, film berjenis ini rasanya paling jarang dibuat sineas kita. Tentu alasannya klasik: uang. Mewujudkan bencana alam ke dalam film butuh biaya besar untuk membuat efek khusus yang dahsyat.
Hal itu tak berlaku buat Hollywood. Di sana sudah jamak membuat film bencana. Bahkan film jenis ini sudah punya nama generik berupa sub-genre sendiri: disaster movie.
Nah, rasanya kini saat yang tepat untuk merating film-film bertema bencana alam yang sudah dibuat Hollywood. Saya hanya membatasi daftar ini pada aspek "bencana alam", ini artinya bencana yang diakibatkan amuk monster (macam Godzilla), alien (Independence Day), zombie (World War Z), atau gedung terbakar (Towering Inferno) tak masuk hitungan.
Yuk, simak film-film bencana pilihan kami.
7. 2012 (Sutr. Roland Emmerich, 2009)
Bencana alam: Bumi diterjang berbagai bencana alam mulai dari gunung meletus, gempa, tsunami, hingga banjir bandang seperti zaman Nabi Nuh.
TAHUN 2012 yang sudah lewat sempat "dipromosikan" sebagai jatuhnya hari kiamat. Semua lantaran kalender suku Inca yang hanya menaruh tanggalan sampai tahun 2012 menurut ukuran kalender modern kita. Nah, sebelum ramalan kiamat tersebut tak terbukti, Hollywood buru-buru memanfaatkannya dengan merilis film tentang kiamat tahun 2012 di tahun 2009. Setelah berkali-kali memporak-porandakan bumi dan isinya (Independence Day, Godzilla, The Day After Tomorrow), Roland Emmerich membikin induk dari segala film bencana atawa "ultimate disaster movie". Dibilang induk karena, bagi penonton yang jeli (atau penggemar film-film bencana), Emmerich menggabungkan semua film bencana dalam filmnya. Kita akan dibuat dejavu pada film Volcano dan Dante’s Peak (saat gunung meletus), Poseidon Adventure (kapal pesiar terguling), Speed (trailer loncat saat gempa vukanik mirip bus melompati jembatan buntung di Speed), Titanic (adegan hampir tenggelam saat air masuk kapal), hingga Independence Day (pesawat kabur dikejar api) dan The Day After Tomorrow (air bah) buatannya sendiri. Bagian hubungan ayah-anak juga mengingatkan kita pada War of the World-nya Steven Spielberg. Dengan semua unsur gabungan itu, kisah kiamat 2012 yang dibelokkan menjadi cerita yang seolah diadaptasi dari kisah Nabi Nuh ini tak sepantasnya jadi nomor wahid daftar ini. Cukup nomor tujuh saja.
6. The Day After Tomorrow (Sutr. Roland Emmerich, 2004)
Bencana alam: Bumi dilanda perubahan cuaca ekstrim dalam waktu singkat. Dalam hitungan hari Bumi kembali ke zaman es.
Secara ilmiah, tak mungkin perubahan cuaca sangat ekstrim tersebut bisa terjadi. Tapi ini rasanya bentuk Hollywood untuk mengingatkan pada kita, penonton film, akan bahaya pemanasan global. Syahdan, kita melihat Los Angeles dihantam angin puting beliung sampai landmark tulisan "HOLLYWOOD" hancur, New York diterjang air bah dan kemudian kita melihat patung Liberty diselimuti salju. Selayaknya film bencana khas Emmerich, selalu ada dramatisasi melankolis tentang nasib orang-orang biasa di tengah bencana. Dennis Quaid dan Jake Gyllenhaal memainkan peran ayah dan anak sebagai perwujudan orang biasa kebanyakan saat menghadapi bencana. Kisahnya mudah kita lupakan seusai menonton film. Tapi, Emmerich piawai menyuguhkan efek khusus yang memanjakan mata.
5. Earthquake (Sutr. Mark Robson, 1974)
Bencana alam: Gempa Bumi
Menonton filmnya sekarang, tentu efek khususnya terlihat norak. Film ini membayangkan bagaimana jadinya kala Los Angeles diguncang gempa bumi dahsyat di tahun 1970-an. Orang-orang biasa seketika hidupnya berubah. Charles Heston, Ava Gardner, Lorne Greene, dan Richard Roundtree memperlihatkan kualitas akting yang membuat film ini sebagai salah satu "disaster movie" paling dikenang. Ya, pada akhirnya bukan efek khusus yang menjadi suguhan utama sebuah film bebcana, melainkan manusia-manusianya, bagaimana mereka menghadapi ujian Tuhan, bertahan hidup di tengah bencana.
4. Deep Impact (Sutr. Mimi Leder, 1998)
Bencana alam: Bumi diterjang komet.
Anda mungkin ingat, ketika Deep Impact rilis tak lama rilis pula Armageddon. Dua film tersebut sama-sama membayangkan bagaimana jadinya bila Bumi hendak diterjang benda luar angkasa macam komet atau asteroid. Armageddon menyuguhkan sejumlah orang dikirim ke luar angkasa memecah asteroid saat masih di atas Bumi. Itu agak tak masuk akal. Deep Impact lebih bisa diterima akal sehat. Filmnya membayangkan bagaimana Bumi bila diterjang komet seukuran Gunung Everest. Film ini menyajikan kesibukan setiap orang mulai dari presiden AS (Morgan Freeman) hingga orang biasa menghadapi ancaman komet. Dan ketika komet betul menghantam lautan dan menciptakan gelombang ombak raksasa kita melihat satu momen paling mengharukan di film ini: seorang penyiar TV (diperankan Tea Leoni) berbaikan dengan ayahnya di pinggir pantai sambil menyongsong maut.
3. Twister (Sutr. Jan De Bont, 1996)
Bencana alam: Angin puting beliung alias tornado.
Pada suatu masa Hollywood punya sutradara berbakat yang mengawali karier sebagai juru kamera. Namanya Jan De Bont. Sukses menduetkan Keanu Reeves dengan Sandra Bullock lewat film aksi tegang yang setting-nya melulu di bus, De Bont mengambil tantangan lain: melawan tornado. Jadilah film ini, yang mempertemukan Bill Paxton dengan Helen Hunt, sebuah film tegang yang memicu adrenalin pada penonton dari awal hingga akhir. Film ini punya banyak momen dramatis saat angin puting beliung menerjang: mobil terbang hingga sapi terbang. Tapi di lain pihak De Bont juga tak lupa menelisik kisah manusiawi para tokohnya. Ada kisah penebusan luka lama hingga cinta sejati yang dipertemukan oleh kedahsyatan amukan tornado. (O iya, omong-omong kemana Jan De Bont ya? Kita sudah memaafkan Speed 2 dan Lara Croft 2, kok)
2. The Impossible (Sutr. J.A. Bayona, 2012)
Bencana alam: Tsunami.
Ini bukan satu-satunya film tentang bencana tsunami di lautan Hindia pada 2004--yang di antaranya menerjang Aceh dan Thailand. Clint Eastwood membuat Hereafter (2010) dengan bintang Matt Damon. Namun, film besutan J.A. Bayona ini lebih realistis menggambarkan bencana dahsyat tersebut. The Impossible juga lebih menyentuh. Keunggulan film ini terutama harus diberikan pada akting prima Naomi Watts sebagai ibu yang mencari keluarganya setelah tsunami memporak-poranda semuanya. Watts bermain penuh penjiwaan di sini. Ia tampak nyata menanggung derita saat kulit paha belakangnya terkelupas. Wajar jika Golden Globe, SAG Award, dan Oscar memberi apresiasi atas penampilan Watts di sini.
1. Melancholia (Sutr. Lars Von Trier, 2011)
Bencana alam: Bumi hancur diterjang planet lain.
Film ini tak berniat menyuguhkan alasan penuh penjelasan ilmiah bagaimana bisa sebuah planet memasuki orbit Bumi dan kemudian hendak menabrak Bumi. Film ini juga tak berniat menyuguhkan bagaimana berbagai orang dari latar belakang berbeda menghadapi bencana. Ini bukan film bencana tipikal seperti film-film bencana lain. Lars Von Trier tampaknya tak tertarik dengan drama macam begitu. Yang ia suguhkan adalah sebuah pesta pernikahan di saat Bumi kian dekat ditabrak planet lain. Di pesta itu kita bertemu Justine (Kirsten Dunts) yang depresif. Kita melihat polahnya dan ikut depresif. Beginikah jadinya bila kita menghadapi kiamat? Tak kurang tanya itu timbul. Hingga adegan pamungkas yang mencengangkan saat Bumi diterjang, kita sulit melupakan tanya itu. Ini film bencana yang meninggalkan kesan paling mendalam. Sebuah kesan yang tak mengenakkan. A feel bad movie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar